PENGENDALIAN HAMA TIKUS DENGAN PEMELIHARAAN BURUNG TYTO ALBA di GAPOKTAN TANI JAYA ABADI DESA DOROAMPEL KECAMATAN SUMBERGEMPOL
Tikus sebagai binatang pengerat, memenuhi kebutuhan hidupnya mengerat batang padi dengan perbandingan 5 : 1, yaitu 5 batang padi dikerat hanya untuk mengasah giginya agar tidak bertambah panjang dan 1 batang padi dimakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ( Imanadi, 2012)
Di Desa Doroampel Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung hama Tikus merupakan hama utama pada tanaman padi. Kerusakan yang diakibatkan hama tikus cukup luas dan hampir terjadi setiap musim. Tikus menyerang semua stadium tanaman padi, baik vegetatif maupun generatif, sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti.
Salah satu cara pengendalian tikus yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu merupakan musuh alami yang dapat memberikan prospek yang baik dalam mengendalikan tikus.
Pemanfaatan burung hantu adalah cara pengendalian tikus yang ramah lingkungan, karena dengan memanfaatkan burung hantu, lingkungan tidak akan tercemar oleh racun ataupun zat polutan lainnya. Burung hantu aktif pada malam hari (nocturnal), tidak bersifat migratory, dapat dikembangkan di areal persawahan, dapat bersarang pada kandang buatan (gupon) dan umumnya sebagai binatang penetap 1,6 – 5,6 km sekitar sarang.
Melihat sangat bermanfaatnya keberadaan Burung Hantu Tyto Alba, di Desa Doroampel pada Tahun 2021 Gapoktan Tri Jaya Abadi mengajukan Proposal tentang RUBUHA kepada Kepala agar kegiatan tersebut menjadi prioritas. Dan pada Bulan Maret Tahun 2021 telah dipasang 6 buah RUBUHA (Rumah Burung Hantu ) TYTO ALBA guna untuk mengendalikan perkembangan Hama Tikus.
(penulis Titik Sriani, SP dan wirawan rubi permana)