TANAH, KOMPOS, DAN PETANI


Oleh: M Agung Wahyudi
Kondisi tanah pertanian saat ini menunjukkan  kerusakan  cukup parah,  dimana usaha pertanian kurang menarik lagi, setelah di analisa lebih lanjut dalam usaha tani  sering terjadi kerugian, biaya produksi jauh lebih tinggi  di banding hasil produksi, hal ini di sebabkan prilaku petani yang mengejar produksi tinggi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga tanah menjadi rusak, hal ini di buktikan dengan produksi hasil bumi yang terus menurun kualitasnya maupun kuantitasnya, konsumsi pupuk kimia dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan yang tajam, karena tanah sudah tidak mempunyai daya ikat lagi terhadap unsur hara, dari hasil analisa BPTP Jawa timur kandungan C Organik tanah tingal 1-2% saja padahal tanah bisa dikatakan subur memerlukan kandungan C Organik minimal  5%.
Untuk membuat tanah kembali menjadi subur perlu tindakan nyata dari petani dengan cara menambahkan mikro organisme pengurai tanah yang menguraikan bahan-bahan organik tanah supaya terjalin keseimbangan antara ion - dan ion + dan bahan organik tanah yang telah terfermentasikan (kompos)  menjamin keberlansungan kehidupan mikro organisme dan tersedianya unsur  hara di dalam tanah,  mikro oranisme tanah, bahan organik, bisa di peroleh dari limbah pertanian, limbah peternakan dan mikro organime lokal yang di peroleh dari isi rumen hewan ruminansia  maupun akar bambu.
Dalam pengolahan kompos bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan organik, di gulud, dicampur dengan dekomposer secara merata, di naungi dengan peneduh setiap satu minggu sekali secara rutin dilakukan pembalikan untuk mengeluarkan gas amoniak  setelah gas amoniak habis dan bahan organik menjadi dingin merupakan indikasi kompos sudah jadi siap di gunakan sebagai pupuk atau mulsa. Untuk mengambil mikro organisme lokal dilakukan dengan menanam satu genggam nasi yang di bungkus kertas Koran ditanam di bawah rumpun bambu atau di perakaran bambu, setelah satu minggu di bongkar dan dimasukkan dalam 1 liter air bersih, disaring ini menjadi induk mikro organisme lokal,  gula 250 grm, air leri secukupnya, udang rempon/terasi yang tidak menggunakan pengawet, air kapur 2 sendok campuran tersebut di rebus hingga mendidih disaring di tunggu sampai dingin, dicampur dengan induk mikro organism lokal,  masukkan air campuran tersebut dalam botol ditutup rapat setiap pagi dan sore tutup botol di buka untuk mengeluarkan gas setelah satu minggu mikro organisme lokal  siap di gunakan untuk tanaman baik untuk semprot atau kocor.
Peranan penyuluh sangat diperlukan dalam memberi pembelajaran  petani melalui kelompok-kelompok tani tentang bagaimana tanah sakit menjadi sehat/subur, memberi motivasi dan dukungan penuh sehingga petani menjadi sadar akan kondisi tanahnya. Pada akhirnya bertani menjadi sebuah profesi yang menarik dan banyak digemari, karena telah menjadi usaha yang menyajikan biaya produksi dan hasil produksi masih tinggi hasil produksinya. Dengan demikian, usaha tani bisa menjadi usaha pokok  para petani, tidak hanya usaha sampingan dan termarjinalkan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KELOMPOK WANITA DESA MIRIGAMBAR DUSUN MIRIDUDO KECAMATAN SUMBERGEMPOL